MENYIKAPI PUJIAN

   Sepasang angsa bersiap meninggalkan danau yang airnya mulai
   mengering. Seekor kodok memohon untuk bisa ikut dengan mereka pindah
   ke danau lain. Namun, angsa bingung bagaimana cara membawa si kodok.
   Si kodok punya ide brilian, "Kalian gigit kedua ujung akar rumput
   ini, saya akan menggigit bagian tengahnya. Kemudian bawalah saya
   terbang." Angsa setuju. Mereka pun terbang. Di angkasa, sekelompok
   burung memuji kecerdikan mereka dan bertanya,  "Kalian sungguh
   cerdik, siapa yang punya ide secemerlang ini?" Si kodok menjawab
   dengan bangga, "Ide saya." Saat itu terlepaslah gigitannya, ia pun
   jatuh ke bawah dan mati.

   Pujian ibarat pedang bermata dua. Bisa produktif kalau kita sikapi
   dengan rendah hati; sebagai motivasi dan alasan untuk berbuat lebih
   baik. Akan tetapi, bisa juga kontraproduktif kalau kita sikapi
   dengan besar kepala; sebagai bentuk kemenangan dan kebanggaan diri.
   Maka, penting sekali menyikapi pujian dengan penguasaan diri. Tanpa
   penguasaan diri kita akan mudah dimabukkan oleh pujian. Mabuk pujian
   awal kehancuran. Seperti yang terjadi pada si kodok.

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes