Pemimpin

Sungguh malang pemimpin yang hidupnya dikelilingi oleh uncritical lovers dan
unloving critics. Uncritical lovers adalah orang yang selalu taat secara
mutlak kepada si pemimpin tanpa berpikir dan bertanya. Ia senantiasa nrimo
dan manut, kata orang Jawa. Hal ini muncul karena identifikasi diri yang
sangat kuat antara dirinya dan si pemimpin. Unloving critics adalah orang yg
selalu melancarkan kritik2 yg pedas dan tajam, dengan tujuan untuk
mendiskreditkan atau menjatuhkan si pemimpin. Setiap pandangan, keputusan
dan tindakan pemimpin ditentangnya, hanya karena ia ingin menentangnya,
tanpa ada alasan yang jelas dan mendasar. Baik bagi fanatik buta (uncritical
lovers) maupun pengkritik sadis (unloving critics) keduanya melumpuhkan
effektivitas pemimpin.
Dikritik dan ditegur memang tidak enak, namun pemimpin butuh kritik. Selama
pemimpin masih bisa salah, dia masih perlu kritik, yang dibutuhkan adalah
kritik yang positif-konstruktif. Ada tiga manfaat kritik, yang pertama
mencegah
sesuatu yang destruktif terjadi pada diri si pemimpin, itu sebabnya kritik
lebih bermanfaat bila diberikan sebelum si pemimpin jatuh kedalam lubang.
Kedua, kritik menolong pemimpin untuk menyadari blind spotnya, diakui atau
tidak, pemimpin tidak mungkin dapat mengenali setiap kelemahan dalam
dirinya. Ketiga, kritik membuat pemimpin tetap tajam dan efektif dalam
pekerjaannya. Pemimpin yg antikritik akan segera menjadi tumpul (kehilangan
integritas diri dan rasa percaya dari orang lain).
Yang paling menyedihkan bagi pemimpin adalah kritik oleh unloving critics,
namun yg paling berbahaya bagi pemimpin adalah pengikut fanatik yg tidak
pernah mengkritik, karena interaksi pemimpin-pengikut yg sedemikian akan
segera menjadi sebuah vicious circle, bagaikan si buta menuntun si buta.
Pemimpin yang paling berbahagia adalah pemimpin yang dikelilingi oleh
orang2 yang mengasihinya sedemikian rupa sehingga mereka rela memberikan
kritik dan teguran yang positif-konstruktif baginya, meski ada resiko
disalah mengerti
oleh pemimpin. Itu sebabnya mengapa pemimpin yang bijak melakukan upaya
sadar untuk memberdayakan setiap orang disekelilingnya bukan menjadi
uncritical lovers tetapi critical lovers.


Ada beberape kesimpulan berkenaan dengan sikap kita dalam mengkritik
pemimpin :
a. Mengkritik pemimpin adalah bukti kasih / kepedulian kita kepadanya,
pemimpin memiliki blind spot dan tidak bebas dari jebakan kuasa, seks dan
uang. Tidak menegurnya berarti mengabaikan tanggung jawab moral kita
sebagai. Seorang yang beriman.
b. Mengkritik berpotensi membuat diri kita menjadi sombong dan sok suci,
kritik sana kritik sini, itu sebabnya dibutuhkan kedewasaan sikap dalam
mengkritik.
c. Tujuan mengkritik bukan untuk mengutuk pemimpin atau membeberkan
kesalahannya untuk mempermalukannya melainkan untuk restorasi agar
pemimpin semakin efektif dalam pekerjaannya.
d. Setiap kritik harus didahului dengan fakta dan hati yang tulus ikhlas,
kalau salah satu dari elemen2 itu tidak ada, sebaiknya batalkan niat untuk
mengkritik.
e. Bagaimana kritik disampaikan sama pentingnya dengan isi kritik tsb ;
dalam budaya timur terkadang lebih penting, khususnya kepada orang yang
lebih tua, senior dalam pengalaman dan pengetahuan. Yang tidak pernah
mengkritik perlu minta hikmat, kepekaan dan keberanian dari Tuhan yang
kita sembah.............
Yang terlalu sering mengkritik perlu minta pengontrolan diri dan pengampunan
dari Tuhan yg kita sembah...........

Sumber : Sendjaya, kandidat doktor di bidang Kepemimpinan, Monash
University, Australia

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes