Ade Sara

B 4 YOU: Pak, wingi aq weruh sampean nang brita TV, Sara...opo ijih sedulure sampean tho?
YOHANES sutarto by www.abctrade.co.id: Iya psk bayu, anake suroto, maaf baru balas

Ade Sara

YOHANES sutarto by www.abctrade.co.id: Selamat malam
SUROTO : Mlm
SUROTO : Mohon dukungan doa
SUROTO : Sara malam ini menghilang (tdk pulang)
SUROTO : D rumah kami baik2 aj (tdk ada masalah)
SUROTO : 082111265923 sara

Salam

kristian mikhael: Pak Tarto, Ade Sara siapa pak, yang meninggal di jln tol itu pak.Selamat jalan Ade Sara semoga semua dosa2nya diampuni.
YOHANES sutarto by www.abctrade.co.id: Mas Dani. Maaf terlambat balas, dia kepobakanku. Terimakasih

Tetangga Sempat Tawarkan Bantuan Jasa Sopir ke Ayah Syifa

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dimana saat ini keberadaan keluarga Assyifa Ramadani (19), tersangka pembunuhan terhadap temannya sendiri, Ade Sara Angelina Suroto (19) tidak diketahui.

Sejak tiga hari lalu, Jumat (7/3/2014) hingga Minggu (9/3/2014) kediaman Assyifa di Jalan BB Cipinang Muara 3 Nomor 30 RT 14 RW 04 Kelurahan Cipinang Muara, Jatinegara, Jakarta Timur, tampak sepi.

Menurut keterangan dari Jhoni, seorang pemilik kios di dekat rumah Syifa diketahui keluarga Syifa pergi sejak Jumat (7/3/2014) siang usai salat Jumat.

Jhoni pun mengaku sempat melihat kepergian ayah Syifa dan ia sempat menegur ayah Syifa bernama Iwan yang diketahui bekerja di di Samsat Jakarta Timur.

"Saya tahu kabar soal Syifa ditangkap itu, Kamis malam. Saya juga tidak percaya. Tapi Jumat pagi, saya beli koran, ternyata itu benar Syifa. Pas jumat siang, ayah Syifa pergi naik mobil saya sempat menegurnya," ujar Jhoni.

Jhoni mengaku dirinya sempat memanggil ayah Syifa dan menawarkan diri untuk mengemudikan mobil KIA milik ayah Syifa.

Namun niat baik Jhoni ditolak oleh ayah Syifa yang saat itu pergi dengan dua anaknya. Saat itu pun, ayah Syifa tidak menitipkan pesan apapun terhadap Jhoni, tetangga yang sudah bertahun-tahun dikenalnya.

"Saya panggil dia, Wan kemana ? Saya saja yang nyetir. Karena saya tahu, saat itu pasti perasaannya campur aduk. Jadi ya niat saya mau membantu, tapi dia jawab. Enggak usah John, mau buru-buru," tutur Jhon.

Sejak itu, hingga saat ini kediaman Syifa kosong dan tidak berpenghuni. Renovasi rumah Syifa juga terbengkalai sejak sebulan lalu karena ibunda Syifa mudik ke kampung halamannya di Kalimantan.

Diketahui, Ade Sara Angelina Suroto (19) dibunuh pada Senin (3/3/2014) lalu oleh sepasang kekasih Ahmad Imam Al Hafitd (19) dan Assyifa Ramadani (19).

Pembunuhan itu berawal saat ketiganya bertemu di Gondangdia, lalu Sara dibunuh di dalam mobil Kia Visto milik Hafitd.

Jenazah Sara dibuang di pinggir Tol Bintara KM 49. Jenazahnya ditemukan petugas PT Jasa Marga pada Rabu (5/3/2014) pukul 06.30 WIB. Semula jenazah itu diduga korban tabrak lari. Namun setelah dicocokkan sidik jarinya dengan e-KTP, terungkaplah identitas Sara.

Sumber : http://www.tribunnews.com/nasional/2014/03/09/tetangga-sempat-tawarkan-bantuan-jasa-sopir-ke-ayah-syifa

 

 

 

Senyum Assifa dan Strategi Bustomi Bebaskan Hafitd dan Assifa

Senyum Assifa dan Strategi Bustomi Bebaskan Hafitd dan Assifa

Ninoy N Karundeng

10 Mar 2014 | 13:39

Perhatikan upaya baik dari pengacara Bustami maupun Ahmad Imam Al Hafitd, 19 tahun dan Assifa Ramadhani, 18 tahun, yang menjadi tersangka kasus pembunuhan Ade Sara. Pernyataan Bustami yang mengaku bingung dengan perilaku kliennya yang tertawa dan tersenyum harus diwaspadai. Berbagai latar belakang yang meliputi kasus pembunuhan oleh sepasang kekasih tersebut menarik diamati dan dikawal agar rel arah kasus tak dibelokkan oleh opini pengacara. Bahkan perlu diawasi pula upaya mengalihkan kasus ini ditutupi dengan masalah psikologi Hafitd dan Syifa.

Sehari setelah tertangkap pengacara Hafitd dan Syifa cepat-cepat menyatakan agar hukuman ringan karena mereka masih muda. Penyataan ini tak layak disampaikan di tengah upaya mengungkap kasus. Memang namanya pengacara membela karena uang, namun moral harus tetap dijunjung. Strategi mengarahkan kasus dari pidana menjadi persoalan psikologi pelaku adalah upaya kuno dan selalu dijadikan alasan untuk mengurangi hukuman - bahkan membebaskan.

Jelas bahwa Hafitd dan Syifa melakukan perbuatan berencana - bukan bela diri. Rencana pembunuhan dilakukan sejak seminggu sebelumnya. Bahkan diakui oleh Hafitd dan Syifa mereka memersiapkan alat kejut strum listrik, koran untuk menyumpal mulut dan tenggokan Ade Sara, kendaraan, jebakan janji agar Ade Sara bersedia bertemu Syifa, mengajak Ade masuk ke dalam mobil, menyeret dan menganiaya hingga tewas: modusnya balas dendam dan sakit hati, dan cemburu.

Pengacara Bustomi berusaha mengarahkan persoalan pembunuhan ini menjadi persoalan psikologi. Publik harus berhati-hati mengamati kasus ini karena Hafitd adalah berasal dari keluarga kaya raya dan memiliki jabatan. Kondisi ini terbukti dengan begitu cepatnya keluarga Hafitd menyewa pengacara. Jangan sampai uang bekerja dan pada akhirnya akan membebaskan Hafitd dan Syifa - mengingat hukum di Indonesia urusannya dengan duit.

Kasus pembunuhan pejabat di Kalibata pun sampai sekarang menjadi tak jelas karena pelaku utama sebagai otak pembunuhan adalah pejabat auditor BPK. Demikian pula kasus lainnya seperti Corby, Ola, dan aneka kasus criminal bisa hukumannya ringan karena uang. Maka tak salah jika kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Hafitd dan Syifa pun akan dibelokkan ke arah kegilaan dan masalah psikologi. Tujuannya adalah agar hakim membebaskan orang gila dan bermasalah secara psikologi. Dengan demikian maka kasus Ade Sara hanya akan menjadi kasus criminal biasa yang dilakukan oleh kedua mahasiswa keblinger tersebut.

Secara psikologi, pelaksanaan pembunuhan itu dipengaruhi oleh paparan media terkait kekerasan di televisi, film. Selain itu, pendidikan moral dan agama di Indonesia yang jeblok. Agama dan moralitas hanya menjadi hiasan. Hafitd dan Syifa dipaparkan dengan fakta orang-orang dewasa yang menggunakan agama sebagai kedok kebejatan.

Hafitd dan Syifa sebagai remaja dipaparkan pada sikap munafik dan buruk seperti korupsi di sekitar mereka dari RT sampai menteri - dari Pak RT-nya sampai senior mereka, para orang tua, yang sering didengar oleh mereka baik secara langsung maupun di televisi seperti koruptor Luthfi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah dan juga Akil Mochtar bahkan menantu kiai seperti Anas Urbaningrum pun dicokok oleh KPK dengan tuduhan korupsi - sehingga mereka terbentuk menjadi mirip dengan orang dewasa atau tua yang juga bejat.

Paparan kehidupan duniawi dan hedonis yang diarahkan pada anak-anak dan sikap permisif terhadap kejahatan oleh masyarakat juga memengaruhi Hafitd dan Syifa untuk berbuat jahat. Mereka menganggap kejahatan adalah hal yang biasa - karena masyarakat begitu memuja harta dan bahkan mungkin mereka berpikir dengan uang mereka bisa bebas dari hukuman penjara. Faktanya, pengacara mereka, Bustomi tengah menggiring opini yang mengarahkan bahwa Hafidt dan Syifa sinting dan tak waras sehingga layak bebas atau dihukum ringan.

Salam bahagia ala saya.

 

Sumber : http://m.kompasiana.com/post/read_comment/640352/2/senyum-assifa-dan-strategi-bustomi-bebaskan-hafitd-dan-assifa.html

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes